Banyak Janda Muda di Kota Depok Pilih Jual Diri di Tempat Karaoke

0
6617

www.depoktren.com–Jalan Margonda memang menunjukan sisi lain Kota Depok, kota yang memiliki visi Unggul, Nyaman dan Relijius serta memiliki tahline Kota Bersahabat.

Jalan Margonda, sebagai ruang tamu utama Kota Depok, mengingatkan akan maraknya jajanan kuliner dan bertumbuhan pusat-pusat perbelanjaan, hotel dan apartemen.

Sepenggal malam di Jalan Margonda, Jumat (11/10/2019), waktu sudah menunjukan pukul 22.00 WIB, kemacetan lalu lintas masih berlangsung, sebagian besar warga keluar dari pusat-pusat perbelanjaan, sebagian lagi masih bertahan di kafe-kafe dan tempat karaoke. Namun sebagian wanita muda justru baru bermunculan dengan aroma wewangian terhembus udara dinginnya malam.

Wartawan depoktren, kemudian mengikuti kemana perginya gerombolan wanita muda itu berlabuh. Sepertinya menuju ke tempat karaoke di salah satu mal di Jalan Margonda. Selain tempat-tempat kuliner dan cafe, tempat karaoke menjadi favorit tongkrongan para penikmat malam di Kota Depok. Hampir semua mal di Kota Depok ada tempat karaoke atau rumah bernyanyi.

Salah satu wanita yang disapa mengaku bernama Maya (19), bekerja sebagai pemandu lagu (PL) atau lady escort (LC) freelance di family karaoke di salah satu mal. “Aku kerja buat beli susu,” kata janda muda beranak satu, yang berdomisili di Citayam.

Kemudian Maya yang sudah menjadi single parent sejak setahun lalu itu mengutarakan, kalau menjadi PL dapat memenuhi kebutuhan hidupnya bahkan berlebih. Tidak hanya sekedar beli susu, kini mampu mencicil rumah dan memiliki kendaraan motor.

“Aku lulusan SMK, cari kerja kantoran susah, jadi PL karena aku suka nyanyi, lagian dapat duitnya gampang, modal senyum dan joget-joget doang,” tuturnya.

Maya yang berwajah cantik dan seksi itu menceritkan, kenapa diusianya yang terbilang muda sudah menjadi janda. Penyebabnya karena faktor ekonomi, suaminya yang pengangguran tak mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga.

“Makan tuh cinta, ngapain juga berumah tangga tapi hidup susah. Sekarang aku ngatur uang sendiri, ke salon, perawatan tubuh dan bisa beli apa yang aku mau,” ucapnya.

Hal yang sama juga diutarakan, Shila (21), janda cantik beranak satu ini, bercerai dua tahun lalu juga karena faktor ekonomi. Suaminya yang merupakan teman satu sekolah tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup berumah tangga. “Suami saya kerjanya nggak jelas, lebih asyik main games online. Daripada kedepannya makin susah mendingan juga cerai,” terangnya.

Shila yang memiliki rambut terurai panjang ini mengungkapkan, pilihan menjadi PL dan menjajakan diri karena lebih gampang dapat uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama satu anak, satu adik dan ibunya. “Mumpung masih muda, masih laku ya cari duit sebanyak-bayaknya. Sekarang kehidupan saya lumayan cukuplah,” ungkap wanita yang berdomisili di Tapos, Depok ini.

Seorang pengelola tempat karaoke Inul Vista D’Mal Depok, Badai mengatakan, pihaknya tidak menyediakan PL karena memang konsep Inul itu karaoke untuk keluarga. Selain itu, di Kota Depok dilarang adanya praktik prostitusi. “Kalaupun ada, itu PL freelance dan biasanya muncul di malam hari. Kami nggak bisa larang karena mereka pengunjung atau tamu juga,” ujarnya.

Informasi yang diperoleh Badai, Setiap malamnya ada 25 PL yang mencari tamu di tempat karaoke. Sebagian besar PL itu berstatus janda berusia 18 tahun hingga 30 tahun. Tarif PL per jamnya Rp 100 ribu. Rata-rata satu malam, para PL menemanin tamu bisa empat jam. “Para PL pasti mendapat uang tip dan saweran. Dalam empat jam para PL bisa mengantongi uang Rp 1 juta,” jelasnya.

wartawan depoktren memperoleh informasi, para PL itu dipesan melalui aplikasi online Line, MiChat, WeChat dan group-group Whatsapp (WA). Selain freelance, para PL juga dikelola secara terselubung oleh germo-germo.

“Mereka juga nongkrong di kafe dan coffe shop yang ada di apartemen-apartemen. Ada juga yang menyewa kamar apartemen untuk base camp. Para PL sebagian besar bisa diajak ‘ngamar’ juga kok, dengan tarif shortime, Rp 500 ribu per jam,” ungkap seorang pengunjung karaoke Inul Vista D’Mal Depok, Fadil.

Dari hasil penelusuran depoktren, ternyata penyebab terjadinya perceraian wanita-wanita muda itu karena faktor ekonomi bukan karena pengaruh media sosial (medsos) yang menimbulkan kecemburuan dan perselingkuhan seperti yang terungkap dari hasil persidangan Pengadilan Agama (PA) Kota Depok. (Papi Ipul/Novli)

 6,639 total views

LEAVE A REPLY